Faktor yang melatar belakanginya konflik merupakan suatu gejala ketika individu atau kelompok menunjukkan sikap atau perilaku “bermusuhan” terhadap individu atau kelompok lain sehingga memengaruhi kinerja dari salah satu atau semua pihak yang terlibat.

A. Pengertian Konflik

Kata konflik berasal dari bahasa latin,confligo, yang terdiri atas dua kata, yakni con,yang berarti bersama-sama dan fligo, yang berarti pemogokan, penghancuran atau peremukan. Dalam kamus umum bahasa indonesia,kata konplik berarti pertentangan atau percecokan. Konplik bissa terjadi pada diri seseorang(konplik internal) ataupun dalam kalangan yang lebih luas. Dalam organisasi, istilah koonplik menjadi “konflik organisasi” (organizational coflict).

Banyak depfinisi tentang konflik yang diberikan oleh para ahli manajemen.

Definisi dibawah ini menunjukan perbedaan-perbedaan tersebut.

  1. Pertentangan, mengacu pada pertentangan antar individu, kelompok atau organisasi  yang dapat meningkatkan ketegangan sebagai akibat aling menghalangi dalam pencapaian tujuan.
  2. Perilaku, memandang konplik dalam organisasi sebagai perilaku yang berlawan dan bertentangan.
  3. Sebagai hubungan, menyatakan konplik adalah suatu hubungan yang terjadi antara dua orang, kelompok organisasi  ataupun golongan.
  4. Sebagai situasi, melihat konplik sebagai suatu situasi ketika tujuan , sikap, emosi dan tingkah laku yang bertentanganmenimbulkan oposisi dan sengketa antara dua kelompok atau lebih.

B. Pandangan Terhadap Konflik

Pandangan tentang konplik sebagai mana yang dikemukakan oleh Robbins (1996:429)

  1. Pandangan tradisional (the traditianal view) pandanga ini menyatakan bahwa semua konplik buruk, konplik dipandang sebagai sesuatu yang negatip, merugikan dan harus dihindari.
  2. Pandangan hubungan manusia (the human relations view) pandangan ini beragumen bahwa konplik merupakan peristiwa yang wajar terjadi dalam semua kelompok dan organisasi.
  3. Pandangan intraktionis (the intraktionist view) pandangan ini cendrung mendorong terjadinya konplik atas dasar sesuatu asumsi bahwa kelompok yang koperatip tenang, damai dan serasi cendrung menjadi statis, apatis,tidak aspiratipdan tidak inovatib.

–          Pandangan tradisional dan moderen tentang konplik

Pandangan tradisional Pandangan modern
Konplik dapat dihindari Konplik yang tidak dapat dihindari
– konplik disebabkan oleh kesalahan manajeman dalam merancang dan memimpin organisasi. – konplik disebabkan oleh banyak faktor, seperti struktur organisasi, perbedaan tujuan, persepsi dan nilai-nilai.
– konplik mengacaukan organisasi dan mencegah pencapaian tujuan yang optimal. – konplik mengurangi kinerja organisasi dalam pelbagai tingkatan.
– Manajemen bertugas mengeleminasi komplik. – Manajemen bertugas mengelolah dan mengatasi konflik sehinga tercapai kinerja yang optimal.
-Untuk mencapai kinerja yang optimal, konflik harus dihilangkan. – Untuk mencapai kinerja yang optimal membutuhkan tingkat komflik yang moderat.

 C. Jenis-Jenis Konflik

Ada berbagai macam jenis konflik, bergantung pada dasar yang digunakan untuk membuat klasifikasi.

  1. Konflik dilihat dari fungsi

Robbens (1996:430) membagi konflik menjadi dua macam yaitu:

Konflik fungsional dan konflik disfungsional.

–          Konflik fungsional adalah konflik yang mendukung pencapaian tujuan kelompok dan memperbaiki kinerja kelompok.

–          sedangkan konflik disfungsional adalah konflik yang  merintangi pencapaian tujuan kelompok.

  1. Konflik dilihat dari pihak yang terlibat didalamnya.

Stoner dan freeman (1989:393) membagi konflik menjadi enam macam yaitu:

  1. Konflik dalam diri individu. Konflik ini terjadi jika seseorang harus  memilih tujuan yang saling bertentangan, atau karena tuntunan tugas yang melebihi batas  kemapuan.
  2. Konflik antarindividu. terjadi karena perbedaan keperibadian antara individu yang  satu dengan individu yang lain.
  3. Konflik antara individu dengan kelompok. Terjadi jika individu gagal menyesuaikan diri dengan norma-norma kelompok tempat ia bekerja.
  4. Kelompok antar kelompok dalam organisasi yang sama. Konflik ini terrjadi karena masing-masing kelompok memiliki tujuan yang berbeda dan masing-masing berupaya untuk mencapainya.
  5. Konflik antarorganisasi. Konflik ini terjadi jika tindakan yang dilakukan oleh organisasi menimbulkan dampak negatif bagi organisasi lainnya. Minsalnya dalam perebutan sumber daya yang sama.
  6. Konflik antar individu dalamm organisasi yang berbeda. Konflik ini terjadi sebagai akibat sikap atau prilaku dari anggota suatu organisasi yang berdampak negatif bagi anggota organisasi yang lain. Minsalnya, seorang manajo9i8jyh kbm public relation yang mennyatakan keberatan atas pemberitahuan yang dilansir seorang jurnalis.
  7. Konplik dilihat dari posisi seseorang dalam struktur organisasi.

Winardi (1992:174) membagi konplik menjadi empat macam adalah:

  1. Konplik vartikal yaitu konplik yang terjadi antara karyawan yang memiliki kedudukan yang tidak sama dalam orgnisasi. Minsalnya atasan dan bawahan.
  2. Konplik horizontal yaitu konplik yang terjadi antara mereka yang memiliki kedudukan yang sama atau setingkat dalam organisasi. Minsalnya konplik antarkaryawan, atau antardeparteman yang setingkat.
  3. Konplik garis-staf yaitu kanplik yang terjadi antara karyawan lini, yang biasanya memegang posisi komando dan pejabat stafyang biasanya berpungsi sebagai penasehat dalam organisasi.
  4. \konplik peran yaitu konplik yang terjadi karena seseorang mengemban lebih dari satu peran yang saling bertentangan.
  5. Faktor-Faktor Penyebab Timbulnya Konplik.
  6. Komunikasi.
  7. struktur.
  8. variabel paribadi.

schermerhorn menyebut lima faktor dalam antecedent  conditions yaitu:

  1. Ketidak jelasan peranan atau peranan yang mendua (role ambikueltes)
  2. Persaingan untuk mendapatkan sumber daya yang terbatas

Rintangan-rintangan dalam komunikasi (communication barriers).

  1. Konflik yang sebelumnya yang tidak  terselesaikan.
  2. Perbedaan-perbedaan  individual, yang mencakup perbedaan kebutuhan, nilai- nilai,   dan tujuan.

Kreitner dan kinicki (1998: 284-285) merincikan lagi antecedent conditions menjadi dua belas faktor sebagai berikut:

  1. Ketidak cocokan kepribadianatau sistem nilai.
  2. Batas-batas pekerjaan yang tidak jelas atau tumpang tindih
  3. Persaingan untuk memperoleh sumber daya yang terbatas.
  4. Pertukaran imformasi atau komunikasi yang tidak cukup (inadequate communication).
  5. kesaling bergantungan dalam pekerjaan (minsalnnya, seseorang tidak dapat menyelesaikan pekerjaannya tanpa bantuan orang lain).
  6. Kompleksitas organisasi (konflik cenderung meningkat besamaan dengan semakin meningkatnya susunan hirarki dan spesialisasi pekerjaan).
  7. Peraturan, standar  kerja, atau kebijakan yang tidak jelas atau tidak masuk akal.
  8. Batas waktu penyelesaian pekerjaan yang tidak masuk akal sehingga sulit di penuhi (unreasonable deadlines).
  9. Pengambilan keputusan secara kolektif  ( semakin banyak orang yang terlibat dalam proses pengambilan keputusan, semakin pontensial untuk konflik).
  10. Pengambilan keputusan melalui konsensus.
  11. Harapan- harapan yang tidak terpenuhi (karyawan yang memiliki harapan yang tidak realistis terhadap pekerjaan,upah, atau promosi akan lebih mudah untuk konflik).
  12. Tidak menyelesaikan konflik, atau bahkan menyelesaikan konflik.

 E. Konplik Dan Kaitannya Dengan Kualitas Pelayanan Organisasi.

            Setiap pemimpin suatu institusi publik menghendaki agaar tercapai suatu layanan jasa yang unggul (service excellence) yaitu sikap atau cara karyawan dalam melayani masarakat pelayan secara memuaskan. Menurut kotler (1997) terdapat lima paktor yang menentukan kuwalitas layanan yang diberikan:

  1. Kendalan, kemampuan untuk memberikan jasa yang dijanjikan tepat pada waktunya.
  2. Responsif, kemauan untuk membantu pelanggan dan memberikan jasa dengan cepat.
  3. Keyakianan, kemampuan untuk menimbulkan kepercayaan pasa diri pelanggan melalui perilaku ramah dan sopan.
  4. Empati,  kepedulian atau kemampuan untuk memberikan perhatian peribadi pada pelanggan.
  5. Berwujud. Mengacu pada pasilitas pisik yaitu kemampuan dalam menyediakan peralatan, personal dan media komonikasi yang dibutukan oleh pelanggan.

 F. Mengelola konplik dalam organisasi.

Beberapa model-model teoritis dalam mengelola konplikyang dikemukakan oleh para ahli manajeman dan perilaku organisasi.

a. Model diagnosis konplik pandangan kontinum dari leonar greenhalgh, menurutnya konplik bukanlah suatu penomena yang objektip dan nyata tetapi ada dalam benar orang-orang yang terlibat dalam konplik tersebut.

Model diagnosis konplik pandangan kontinium.

Dimensi Sulit dipecahkan Mudah dipercaya
Masalah  yang menjadi pertanyaan. Masalah perinsip. Masalah yang dapat dibagi-bagi.
Ukuran taruhan. Besar. Kecil.
Saling kebergantungan antarpihak yang terlibat. Berjumlah nol. Berjumlah positip.
Kontinuitas intraksi. Transaksi tunggal. Hubungan jangka panjang.
Struktur pihak-pihak yang terlibat. Tak berbentuk atau terpecah-pecah dengan kepemimpinan yang lemah. Terpadu dengan kepemimpinan yang kuat.
Keterlibtan pihak ketiga. Tidak ada pihak ketiga yang netral. Dipercaya, kuat, dihormati dan netral.
Kemajuan konplik yang dipandang dirugikan. Tidak seimbang, satu pihak merasa lebih dirugikan. Pihak-pihak telah saling merugikan satu sama lain.

b. Lima gaya penanganan konplik.

–          Integrating (problem solving)

–          Obliging (smoothing)

–          Dominating (forcing)

–          Avoiding

–          Compromising.

 G. Negosiasi.

  1. memahami negosiasi.

Negosiasi merupakan proses yang sering kali kita lakukan dalam hidup dan sering pula kita tidak sadarkalau kita tengah melakukan negosiasi.

  1. tujuan negosiasi.

Negosiasi diperlukan dalam kehidupan manusia karna sipatnya yang begitu erat dengan filosofi kehidupan manusia bahwa ssetiap orang memiliki sipat dasar untuk mempertahankan kepentingannya, begitu juga dengan orang lain memiliki kepentingan yang akan tetap dipertahankan sehingga terjadilah benturan kepentingan.

Negosiasi adalah pertemuan antara dua pihak dengan tujuan mencapai kesepakatan atas pokok-pokok masalah yang.

a. Penting dalam pandangan dua belah pihak.

b. Dapat menimbulkan konplik diantara kedua belah pihak.

c. Membutuhkan kerjasama kedua belah pihak untuk mencapainya.